portal berita hari ini yang terpercaya
Berita  

Dogdog Lojor: Upaya Pelestarian Kesenian Tradisional Masyarakat Baduy

Gambar dalam artikel ini menunjukkan seekor anjing yang sedang berbaring. Pasar Slumpring Tegal, fokus artikel ini, hanya buka pada akhir pekan dan khusus menjual makanan tradisional pedesaan.

Masyarakat Baduy tinggal di wilayah dengan bukit dan lembah curam, dengan ketinggian berkisar antara 500 hingga 1200 meter di atas permukaan laut. Tanah yang selalu lembap dan berlumut membuat akses ke pemukiman mereka sulit. Masyarakat Baduy mematuhi adat yang melarang penggunaan kendaraan di daerah pemukiman mereka, terutama karena jarak antara satu kampung dengan yang lain cukup jauh.

Menurut informasi dari laman Kemdikbud BPNB Jawa Barat, masyarakat Baduy melestarikan seni tradisional, salah satunya adalah Dogdog Lojor. Dogdog Lojor adalah jenis seni tradisional yang masih dilestarikan oleh masyarakat Baduy di Desa Kanekes, Kecamatan Lewi Damar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

Nama “Dogdog Lojor” diberikan oleh masyarakat umum karena seni ini menekankan tiga alat musik perkusi yang digunakan dalam pertunjukan. Sementara itu, jenis alat musik lainnya dalam seni ini mirip dengan angklung. Tiga alat musik ini sebenarnya dinamakan “Bedug,” “Talingtit,” dan “Ketug” oleh masyarakat Baduy, bukan “Dogdog Lojor.” Dogdog merujuk pada suara yang dihasilkan oleh alat musik ini, sementara “Lojor” berarti panjang, merujuk pada ukuran alat musik yang sekitar 50 hingga 60 sentimeter.

Nama “Dogdog Lojor” lebih sering digunakan oleh masyarakat luar Baduy karena angklung sudah populer di Jawa Barat. Oleh karena itu, untuk membedakan angklung Baduy dari jenis angklung lainnya, kata “Buhun” ditambahkan ke belakang namanya, menjadi “Angklung Buhun.” Kesenian Angklung Buhun memiliki ciri khas dengan suara harmonis serta lirik dan lagu yang sederhana. Suara yang dihasilkan mencerminkan alam sekitar dan menciptakan suasana damai dan harmonis.

Exit mobile version