Desainer Samuel Wattimena menegaskan bahwa untuk mengangkat dan memperkenalkan kain khas Purbalingga secara internasional, banyak dukungan dari berbagai pihak diperlukan. Karenanya, Samuel mengapresiasi dukungan yang diberikan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu sponsor dalam acara ini.
“Kegiatan ini hanya sebagai pemicu. Kami berharap ini menjadi gerakan yang lebih besar. Kita tunggu saja fashion show in the cave tahun depan yang pastinya akan tampil lebih luar biasa,” ujar Samuel.
Terlebih lagi, seorang desainer asal Jakarta bernama Lisa Fitri optimis bahwa produk dan kreasi lokal Indonesia memiliki potensi bersaing di dunia internasional. Ini dikarenakan kekayaan kain khas dan teknik pembuatan kain yang dimiliki Indonesia.
“Kami terus berusaha untuk mendidik para pelaku usaha dalam menciptakan produk siap pakai yang dihasilkan dari kerajinan tangan. Jika Indonesia ingin menjadi pusat mode, maka kita harus menciptakan sesuatu yang berbeda. Kelebihan kita adalah kita memiliki banyak kain tradisional yang tidak dimiliki oleh negara lain,” ujar Lisa.
Salah satu wisatawan asal Australia, Penny Jewell, mengaku kagum dengan keindahan Goa Lawa Purbalingga. Ia menyebut ide untuk mengadakan fashion show di dalam gua sebagai ide yang brilian.
“Fashion show yang kami saksikan hari ini sangat kreatif dan indah,” ucapnya.
Fashion in The Cave melibatkan para perajin batik, ecoprint, tenun, aksesoris, desainer fashion, dan model lokal dari Purbalingga. Acara ini juga akan dimeriahkan dengan pameran dan bazar produk UMKM.
