BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID atau Mining Industry Indonesia ikut mendorong upaya pemanfaatan limbah melalui berbagai komitmen berkelanjutan dan ramah lingkungan. Salah satu yang dilakukan Grup MIND ID, ikut mendorong pemanfaatan limbah peleburan timah jadi bahan lubrikan yang menjadikannya nilai tambah dalam hilirisasi pertambangan.
Terobosan yang dilakukan MIND ID yakni melalui anak perusahaannya PT Timah Tbk., bekerja sama dengan dosen Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Alfian Ferdiansyah, S.T., M.T., dalam memanfaatkan limbah peleburan timah menjadi bahan aditif pada lubrikan.
“Meminimalisir atau bahkan menghilangkan limbah yang dihasilkan dari proses produksi pertambangan timah tentunya menjadi bagian penting dalam narasi hilirisasi. MIND ID melalui PT Timah terus berkomitmen untuk memberikan nilai lebih untuk Indonesia, salah satunya dengan memanfaatkan limbah peleburan timah,” kata Sekretaris Perusahaan MIND ID, Heri Yusuf.
Limbah peleburan timah ternyata banyak mengandung timah oksida (SnO2) yang cocok dijadikan sebagai bahan baku pembuatan nano powder aditif lubrikan menggantikan aditif konvensional yang belum optimal merespon reaksi kimia dengan substrat dalam proses gesekan komponen pada kendaraan.
Berdasarkan hasil riset, nano powder cukup andal mengatasi keterbatasan aditif anti aus dan anti gesekan komponen kendaraan. Alfian mengatakan, ide awal riset yakni terjadinya masalah kegagalan komponen kendaraan saat terjadi banyak gesekan hingga menyebabkan mudah aus dan komponen harus diganti karena kerusakan komponen mencapai 82 persen.
Studi yang dilakukan Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat, mencatat masalah lubrikasi di industri otomotif bisa menelan kerugian hingga 240 miliar dolar AS per tahun. Alhasil, industri harus mengalokasikan hingga 15 persen dari total biaya perawatan untuk mengatasi kerusakan komponen.
Menyadari hal tersebut, Alfian pun memulai risetnya terkait penggunaan aditif lubrikan SnO2 nano powder yang berbahan baku dari limbah peleburan timah. Alfian menyebut dengan manajemen lubrikasi yang tepat alokasi dana bisa ditekan hingga 2 persen saja dari total biaya perawatan kendaraan.