Rizal Ramli, yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman pada era Jokowi (2015-2016), mengatakan bahwa ia diundang oleh para ibu Srikandi untuk datang ke pesta budaya Melayu di Rempang.
“Saya terharu melihat mereka tetap gembira meskipun dalam keadaan tertekan dan ingin diusir dari tanah mereka sendiri,” ujar Rizal Ramli.
Rizal Ramli juga menyebutkan bahwa Pulau Rempang memiliki luas 17 ribu hektar yang akan dijadikan lokasi pabrik kaca oleh pemerintah. Menurutnya, jika tujuan bisnisnya memang untuk membangun pabrik, sebenarnya hanya dibutuhkan lahan seluas 100 hektar.
“Memiliki pabrik kaca seluas 100 hektar itu sudah sangat besar, bahkan terbesar di dunia. Kacanya bisa diekspor ke Mars dan Bulan karena produksinya sangat banyak. Mengapa harus memberikan tanah seluas 200/300 hektar kepada perusahaan, tidak masuk akal,” ungkap Rizal Ramli.
Dia juga menyinggung tentang masuknya investasi dari Tiongkok sebelumnya di Pulau Rempang. Menurutnya, ketika Jokowi terpilih menjadi presiden, dia bertemu dengan Presiden Tiongkok, Xi Jinping.
Xi Jinping meminta pembangunan pelabuhan besar yang bisa digunakan oleh angkatan laut Tiongkok, seperti yang dilakukan di Sri Lanka.
Namun Sri Lanka tidak mampu membayar biaya proyek tersebut, sehingga konsesi proyek tersebut diperpanjang dari 30 tahun menjadi 120 tahun. Menurut Rizal, hal ini merupakan suatu bentuk penjajahan secara tidak langsung.
“Tapi gubernur Sumatra Utara menolak, dan setelah itu penggantinya dari tentara juga menolak untuk melepas tanah di Medan,” ujar Rizal Ramli.