Dalam kesempatan yang sama, Irfan Sandi Kusuma, seorang perwakilan Alumni ITB, mengaku sangat bersyukur bisa kembali bertemu dengan Enuh Nugraha.
Menurut Irfan, ia terakhir kali berkomunikasi intens dengan Enuh pada tahun 2007. Enuh diketahui sering pindah-pindah tempat tinggal bersama saudaranya. Hingga pada tahun 2019, teman dan keluarga mulai aktif mencari keberadaan Enuh yang diketahui meninggalkan rumah.
“Alhamdulillah, ini hari yang membahagiakan bagi kami dari Teknik Lingkungan 1997 bisa melihat lagi, ngobrol lagi, dan bercanda lagi dengan Enuh,” ungkap Irfan yang datang menjemput Enuh bersama Semedi dan Zulkarnain.
Kepada Adi dan Tim Youtube Sinau Hurip, Irfan berterima kasih atas semua bantuan hingga bisa menemukan Enuh. Setelah dijemput, Irfan akan menempatkan Enuh tinggal sementara di salah satu rumah alumni ITB.
Selanjutnya, Enuh akan diperiksa dan didiagnosa oleh ahli kejiwaan dan dokter kesehatan. Tujuannya adalah agar mendapatkan penanganan selanjutnya untuk teman kuliahnya itu.
“Enuh adalah anak yang cerdas, pintar, dan suka menolong. Di bidang akademik, Enuh salah satu yang terbaik di angkatan kami, IPK-nya mencapai 2,97 waktu itu, dan itu tidak mudah didapat oleh mahasiswa ITB kecuali dia cerdas,” ungkap Irfan.
Namun, saat ditanya tentang sosok perempuan bernama Sri Endah, Irfan, sebagai teman Enuh Nugraha, tidak mengetahui secara pasti bagaimana kisah keduanya. Dari percakapan Adi di konten Sinau Hurip, diperoleh beberapa fakta tentang identitas Enuh Nugraha. Dia lahir di Bandung pada 1 November 1977 dan tinggal di Pasanggrahan, Ujungberung, Bandung.
Orang tuanya yang sudah meninggal dunia bernama Ikar Sukarna (ayah) dan Yiah Rapiah (ibu). Riwayat pendidikannya adalah di SMA 10 Cikutra jurusan IPA dan S1 Teknik Kelautan ITB pada tahun 1997. (Arief Pramono)