Orangutan Haven telah mengambil komitmen untuk melakukan konstruksi berkelanjutan dengan menggunakan bambu sebagai bahan utama. Mereka juga memperkenalkan energi terbarukan untuk menciptakan lingkungan yang ramah lingkungan.
drh. Yenny Saraswati, seorang dokter hewan SOCP/OUH yang terlibat dalam program rehabilitasi, menjelaskan bahwa orangutan yang mendapatkan perawatan di Orangutan Haven memiliki keterbatasan fisik dan psikis. Sebanyak 8 orangutan yang akan tinggal di Orangutan Haven telah melewati proses rehabilitasi.
“Sebisa mungkin mereka akan dilepaskan kembali ke alam. Namun, ada orangutan yang mengalami kecelakaan dan kehilangan penglihatan, sehingga mereka tidak bisa kembali ke alam. Kami memberikan kesempatan kedua bagi mereka, setidaknya mereka bisa hidup tanpa harus di kandang besi,” ungkapnya.
Menurut Yenny, kesejahteraan satwa, seperti orangutan, harus diperhatikan. Bukan hanya soal makanan, tapi juga kehidupannya. Orangutan Haven dibentuk sedemikian rupa sehingga perilaku orangutan yang akan tinggal di sana tetap seperti di alam.
“Kami tetap ingin agar orangutan dapat beraktivitas di ketinggian,” ujarnya.
Saat ini, dari 8 orangutan, 5 di antaranya buta total. Sama halnya dengan manusia, orangutan juga tidak dapat menerima donor mata. Yang dapat dilakukan hanyalah memperbaiki kesehatan mereka agar tidak kesakitan lagi.
“Ini merupakan hal pertama di dunia, kami memberikan jaminan bahwa orangutan yang cacat akan hidup layak di sini. Tujuannya adalah untuk mengubah pola pikir masyarakat,” tandasnya.