Dengan kesadaran tersebut, Tommy menyebutkan, pihaknya sejatinya telah menciptakan 3 teknologi resin plastik yakni teknologi additive (Oxium), Bio-Based biodegradable (Ecoplas) dan Bio-based compostable (Naturloop).
“Sejak tahun 2017, Greenhope sudah berhasil menghijaukan sekitar 12 miliar kantong plastik konvensional melalui Oxium dan Ecoplas,” beber Tommy.
Menurutnya, inovasi-inovasi yang dilakukan oleh tim R&D Greenhope juga ditujukan untuk membantu pemerintah dalam mencapai target pengurangan kebocoran sampah plastik di laut sebesar 70% dari tahun 2018-2025. Dalam kesempatan yang sama, Fahrurrozi, Kepala Pusat Riset Bioindustri Laut dan Darat BRIN, mengungkapkan apresiasinya terhadap pencapaian Greenhope.
“Yang paling menarik di Greenhope adalah karena proses produksi dan stafnya telah memenuhi standar ISO,” ujar Rozi ketika memberikan sambutan pada kegiatan kunjungan pabrik tersebut.
Selain itu, dia pun berharap agar dengan adanya produksi bioplastik dari Greenhope dapat menjadi salah satu solusi global khususnya permasalahan sampah plastik di Indonesia.
Senada, Profesor George Z. Kyzas dari Universitas International Hellenic University Yunani, juga mengatakan kekagumannya usai mengunjungi lokasi pabrik Greenhope.
Dia melihat bahwa infrastruktur produksi yang didukung oleh laboratorium riset produk akhir dan living lab cukup environmentally friendly. Selain itu, menurutnya para staf yang mendampingi para anggota delegasi APEC juga cukup detil saat menjelaskan tentang teknologi Greenhope dan akhir hidup ketiga teknologinya.
Dia berharap Greenhope dapat terus mempertahankan pencapaiannya dalam pengembangan bioplastik yang dapat menjadi alternatif pengurangan sampah plastik di laut.