portal berita hari ini yang terpercaya
Berita  

Kebencian terhadap Imigran Rohingya di Aceh: Arus Besar Hasutan

Kebencian terhadap Imigran Rohingya di Aceh: Arus Besar Hasutan

Belakangan ini, hasutan kebencian terhadap imigran Rohingya merebak di berbagai platform media sosial. Fenomena ini terjadi seiring dengan banyaknya imigran Rohingya yang mendarat di Aceh dalam satu bulan terakhir.

Selain serangan di media sosial, narasi “negatif” terhadap imigran Rohingya juga beredar luas melalui media massa. Beberapa media massa bahkan mengutip unggahan netizen tanpa melakukan verifikasi.

Salah satunya adalah tuduhan bahwa etnis Rohingya meminta tanah, yang disebarkan melalui video yang dibagikan ribuan kali di media sosial. Sebuah media mainstream bahkan ikut-ikutan menyoroti berita tersebut dengan judul “Heboh Pengungsi Rohingya Ngelunjak Minta Hak Tanah Selayang Malaysia” dengan mengutip video yang sama.

Namun, Benar News, sebuah media yang beroperasi di beberapa negara Asia, menulis bahwa tujuh belas kelompok Rohingya di Malaysia telah meminta maaf atas video yang menjadi viral pada tahun 2020. Bahkan pria dalam video tersebut juga mengaku bahwa video tersebut palsu.

Selain itu, etnis Rohingya juga dituding meminta hak atas tanah di Malaysia, padahal demonstrasi yang dilakukan pada 2017 di luar kedutaan Myanmar, Kuala Lumpur, sebenarnya adalah untuk memprotes kekerasan yang terjadi di negara bagian Rakhine, Myanmar barat.

Beberapa media massa di Indonesia telah menayangkan berita klarifikasi terkait tuduhan-tuduhan tersebut. Namun, misinformasi tetap tersebar luas dan dilegitimasi oleh media massa.

Tuduhan lain terhadap imigran Rohingya di Aceh termasuk tudingan berprilaku tidak baik dan tidak patuh pada norma adat masyarakat setempat. Salah satu contohnya adalah tuduhan pencurian buah kelapa yang bermula dari demonstrasi dipimpin oleh Beni Murdani pada Desember 2022.

Hasutan kebencian terhadap imigran Rohingya juga semakin memanas dengan adanya isu pelecehan seksual dan insiden membuang nasi bungkus ke laut. Namun, sejumlah informasi tersebut sebaiknya diverifikasi terlebih dahulu sebelum disebarluaskan untuk menghindari penyebaran misinformasi dan hasutan kebencian.