Pemaknaan literasi saat ini mengalami pergeseran di Sumedang. Literasi bukan lagi hanya tentang kemampuan membaca, menulis, dan menghitung, tetapi juga kemampuan untuk menggunakan informasi baik dalam bentuk teks maupun non-teks seperti simbol dan gambar untuk kecakapan hidup. Kemampuan ini kemudian digunakan untuk meningkatkan kapasitas barang dan jasa melalui kreativitas yang dihasilkan.
“Pada dasarnya, seseorang dianggap kurang memiliki literasi jika belum mampu memahami literasi non-teks, seperti simbol lalu lintas,” ungkap Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Perpustakaan Nasional Endang Aminudin Aziz dalam acara peresmian gedung fasilitas layanan perpustakaan umum Kabupaten Sumedang pada Sabtu (16/12/2023) kemarin.
Membangun literasi bukanlah hal yang mudah dan butuh waktu bertahun-tahun jika dilakukan dengan cara yang benar. Oleh karena itu, Endang menginginkan adanya model literasi yang melibatkan semua pihak terkait literasi. Gerakan literasi ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup manusia.
“Pada tahun 2024, kita akan mengembangkan program literasi ini secara kreatif dan tepat, karena tingkat literasi baru akan tercapai apabila orang yang dilibatkan dalam literasi juga benar-benar memahami konsep literasi,” tambah Endang.
Sementara itu, Penjabat (Pj) Bupati Sumedang Herman Suryatman menegaskan bahwa pada tahun 2030, Sumedang akan menjadi kabupaten literasi. Hal ini berarti setiap sudut kampung di Sumedang harus memiliki setidaknya satu perpustakaan.
“Mulai tahun depan, Sumedang akan menyatakan diri sebagai tahun literasi, sebagai langkah awal menuju status kabupaten literasi pada tahun 2030,” ujar Herman.