Prabowo Subianto menghormati kepemimpinan Samora Machel meskipun keduanya memiliki paham politik yang berbeda. Machel dihormati karena keunggulannya sebagai pemimpin militer yang memiliki karisma, keberanian, dan kemampuan dalam perang gerilya, serta kemampuannya dalam menyediakan pendidikan dasar bagi rakyatnya.
Samora Machel lahir pada tahun 1933 dari keluarga petani di Mozambik yang mengalami diskriminasi. Meskipun hanya menyelesaikan kelas empat SD, Machel melanjutkan pendidikannya sebagai perawat dan bergabung dengan gerakan anti-kolonial setelah pengalaman bekerja di rumah sakit.
Machel bergabung dengan Front Pembebasan Mozambik (Frelimo) di Tanzania dan mengajukan diri untuk dinas militer. Setelah pengalaman perang di Mozambik, Machel naik pangkat dan akhirnya menjadi kepala tentara pembebasan pada tahun 1966.
Setelah pemimpin dan pendiri Frelimo terbunuh, Machel terpilih sebagai satu-satunya pimpinan dan Presiden Frelimo. Di bawah kepemimpinannya, Frelimo berhasil mengusir pemerintahan Portugis dan menyatakan kemerdekaan penuh untuk Republik Rakyat Mozambik.
Machel menghadapi berbagai tantangan ekonomi dan politik sebagai presiden, namun tetap memberikan dukungan penting bagi gerakan pembebasan Afrika lainnya. Namun, pada Oktober 1986, pesawat yang ditumpangi Machel jatuh saat kembali dari pertemuan pimpinan Afrika di Zambia, membuatnya meninggal pada usia 53 tahun.
Prabowo Subianto menghormati kepemimpinan Machel sebagai pemimpin militer yang ulung, memiliki karisma, keberanian, dan kemampuan dalam perang gerilya, serta kemampuannya dalam menyediakan pendidikan dasar bagi rakyatnya.
