Pelaksana Tugas (Plt) Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) E Aminudin Azis mengatakan bahwa perlu dilakukan perbaikan standar akreditasi perpustakaan sesuai dengan Standar Nasional Perpustakaan (SNP). Menurutnya, proses akreditasi perpustakaan, terutama perpustakaan di perguruan tinggi, semakin kompleks.
“Instrumen untuk standar akreditasi saat ini sangat rumit,” ungkapnya pada Seminar Nasional Silahturahmi Perpustakaan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (Silasma) 2024 yang diselenggarakan oleh Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (FPPTMA) di Aula BAU Universitas Muhammadiyah Malang pada Kamis (6/6/2024) kemarin.
Azis menjelaskan bahwa instrumen tersebut perlu diubah menjadi lebih sederhana dan efisien agar lebih sesuai dengan perkembangan zaman. Upaya ini dilakukan dengan melakukan survei dan diskusi dengan berbagai pihak, termasuk Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
“Instrumen ini akan menjadi lebih fleksibel dan fokus pada pembinaan serta peningkatan kualitas perpustakaan. Pembinaan harus dilakukan secara menyeluruh, termasuk aspek kelembagaan dan pengelolaan koleksi perpustakaan,” katanya.
Azis juga menegaskan pentingnya kebiasaan membaca sebagai fondasi literasi yang kuat, karena literasi didapatkan dari kebiasaan membaca.
“Jangan bicara tentang literasi jika kita belum membicarakan kegemaran membaca. Ini merupakan prasyarat bagi seseorang untuk menjadi manusia literat,” ujarnya.
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa perpustakaan harus dianggap sebagai wahana untuk pertumbuhan dan perkembangan kreativitas serta pengetahuan baru, serta tempat untuk mengonfirmasi pemikiran yang belum kokoh.
“Mari ubah pola pikir kita. Perpustakaan bukan hanya tempat penyimpanan buku, tetapi tempat untuk mengembangkan kreativitas dan pengetahuan baru,” jelasnya.