Dwi kemudian mengisahkan bahwa beberapa pejabat pemerintah telah datang untuk meninjau situasi di kampungnya. Sudah hampir satu tahun yang lalu mereka datang, dari DPRD Provinsi, Ombudsman, dan Lurah juga.
“Yang belum datang, Pak Camatnya,” ujarnya.
Dari puluhan kunjungan tersebut, semua menjanjikan solusi. Namun, janji tetaplah janji. Tak ada satupun yang terealisasi.
Ketua RT 03 RW 16 kampung Tembesi Tower, Andi Jamaludin, menyatakan bahwa situasi ini sangat memprihatinkan.
“Mungkin pemerintah sudah jenuh melihat kami atau malah menunggu kami bosan mengeluh hingga mati nanti,” kata Andi.
Genangan air bisa mencapai kedalaman setengah meter di beberapa titik. Sebanyak 25 rumah terdampak. Aktivitas terganggu dan anak-anak sering sakit. Gatal-gatal dan diare menjadi masalah sehari-hari.
Menurut Andi, banjir ini disebabkan penutupan saluran air utama oleh perusahaan. Hal ini dilakukan setelah banyak warga menolak menjual rumah dan tanah mereka.
Harapan warga lainnya disuarakan oleh Sukatman, yang berharap agar kondisi seperti sebelum perusahaan beroperasi kembali di wilayah mereka, di mana banjir bukanlah masalah. Mereka hanya ingin hidup normal, tanpa ancaman banjir dan penyakit.
“Pemerintah abai,” katanya.
Kepala Dinas Bina Marga Kota Batam, Suhar, tidak memberikan penjelasan mengenai langkah yang akan diambil oleh Pemkot Batam.