PortalBeritaMerdeka.biz adalah portal berita yang menyajikan informasi terkini dan terpercaya dari berbagai bidang, termasuk politik, kriminal, otomotif, olahraga, dan gaya hidup. Dengan komitmen untuk menjadi sumber berita terbaik di Indonesia
Berita  

Baju Adat Janggan Hitam, Simbol Kemegahan dan Tradisi Asal Yogyakarta

Blangkon memiliki bentuk yang unik dengan simpul di bagian belakang yang melambangkan tanggung jawab dan beban kehidupan yang harus ditanggung oleh seorang pria.

Selain blangkon, aksesoris lain seperti keris yang diselipkan di bagian pinggang juga menjadi pelengkap Janggan Hitam. Keris ini bukan hanya senjata tradisional, tetapi juga simbol keberanian dan martabat bagi masyarakat Jawa.

Baju adat Janggan Hitam sering kali dikenakan dalam acara-acara penting seperti pernikahan adat, upacara kenegaraan, hingga ritual tradisional di lingkungan Keraton Yogyakarta. Penggunaan pakaian ini dalam upacara adat menunjukkan penghormatan terhadap leluhur dan budaya Jawa yang kaya akan tradisi.

Dalam pernikahan adat, misalnya, Janggan Hitam sering dikenakan oleh pengantin pria untuk menunjukkan kematangan dan kesiapan dalam memimpin rumah tangga. Sedangkan dalam acara kenegaraan atau ritual di keraton, pakaian ini menjadi lambang kesetiaan dan penghormatan kepada raja atau sultan sebagai pemimpin masyarakat.

Meskipun zaman terus berkembang, keberadaan Janggan Hitam tetap menjadi simbol identitas budaya yang tidak tergantikan. Generasi muda Yogyakarta terus didorong untuk melestarikan dan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam pakaian adat ini.

Saat ini, banyak desainer modern yang mulai mengadaptasi elemen Janggan Hitam ke dalam busana kontemporer tanpa menghilangkan esensi tradisionalnya. Upaya ini menunjukkan bahwa baju adat Janggan Hitam tidak hanya relevan di masa lalu, tetapi juga mampu bertahan dan beradaptasi dengan kebutuhan zaman.

Keindahan dan keunikannya menjadikan Janggan Hitam sebagai warisan budaya yang patut dibanggakan dan dilestarikan oleh masyarakat Yogyakarta dan Indonesia pada umumnya.

 

Penulis: Belvana Fasya Saad

 

Source link