Kalender Jawa terdiri dari beberapa komponen utama yang saling berkaitan dan membentuk sistem yang kompleks. Pertama, terdapat siklus mingguan (saptawara) yang terdiri dari tujuh hari: Ahad (Minggu), Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, dan Sabtu. Nama-nama hari ini sebagian besar berasal dari bahasa Arab, mencerminkan pengaruh Islam yang kuat.
Selanjutnya, terdapat siklus lima hari pasaran: Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon. Siklus pasaran ini diyakini memiliki pengaruh pada kehidupan sehari-hari, dan sering digunakan sebagai pedoman dalam berbagai aktivitas. Gabungan dari hari dan pasaran disebut weton, yang memiliki neptu (nilai numerik) untuk berbagai perhitungan, seperti menentukan hari baik atau buruk untuk suatu acara.
Kalender Jawa juga memiliki 12 bulan dalam setahun, dengan nama-nama yang diambil dari bahasa Arab dan disesuaikan dengan bahasa Jawa: Sura, Sapar, Mulud, Bakdamulud, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rejeb, Ruwah, Pasa, Sawal, Dulkangidah, dan Besar. Lama setiap bulan berselang-seling antara 29 dan 30 hari, mengikuti siklus bulan.
Terakhir, tahun dalam Kalender Jawa mengikuti tahun Saka, tetapi perhitungannya didasarkan pada peredaran bulan. Hal ini menjadikannya berbeda dari Kalender Masehi yang sepenuhnya berbasis matahari.