Regu penyelamat masih berupaya menyelamatkan para korban gempa bumi bermagnitudo 7,7 di Myanmar yang dilaporkan telah menewaskan lebih dari 3.000 orang, menurut laporan media pemerintah setempat. Korban tewas akibat gempa tersebut telah mencapai 3.003 orang, seperti yang disampaikan oleh Kedutaan Besar Myanmar di Jepang di laman Facebooknya. Di sisi lain, di Thailand, setidaknya 15 orang tewas dan 72 lainnya masih hilang setelah ambruknya sebuah pencakar langit yang sedang dalam tahap konstruksi di Bangkok akibat gempa yang berpusat di wilayah Sagaing, Myanmar.
Gempa berkekuatan 7,7 dan 6,4 tersebut mengguncang bagian tengah Myanmar yang dihuni oleh 28 juta orang, meruntuhkan bangunan dan menyebabkan warga setempat kekurangan makanan, air, dan tempat tinggal. Prakiraan cuaca yang menunjukkan potensi hujan di luar musim mulai 11 April kemungkinan akan menimbulkan tantangan bagi petugas penyelamat yang berjuang menyelamatkan korban gempa.
Hingga saat ini, lebih dari 50 penerbangan telah tiba membawa bantuan kemanusiaan ke Myanmar, serta telah dikerahkan lebih dari 1.900 petugas penyelamat dari 15 negara, termasuk negara-negara Asia Tenggara, China, India, dan Rusia. Junta Myanmar telah menyatakan gencatan senjata selama 3 pekan, mengakhiri pertempuran melawan kelompok oposisi bersenjata untuk sementara guna memberi ruang bagi operasi penyelamatan pascagempa.
Seruan gencatan senjata telah mendapat respons positif, diikuti dengan seruan aliansi oposisi utama Myanmar untuk membantu operasi penyelamatan. Setelah gempa besar yang terjadi pada Jumat, Myanmar telah mengalami lebih dari 60 gempa susulan dengan magnitudo varietas, menurut Departemen Meteorologi dan Hidrologi Myanmar. Langkah-langkah kemanusiaan dan koordinasi internasional terus berlangsung untuk memberikan bantuan dan dukungan kepada korban gempa di Myanmar. Semoga bantuan dan upaya penyelamatan dapat membantu meringankan beban yang dialami oleh para korban gempa di negara tersebut.