Terkadang, keinginan untuk membuat orang lain senang bisa membuat seseorang lupa pada diri sendiri. Ini bisa disebabkan oleh motivasi untuk menjaga hubungan baik, menghindari konflik, atau sekadar membantu. Namun, perilaku ini bisa menguras emosi seseorang jika terlalu berlebihan. Menolak ajakan atau permintaan tambahan bisa menjadi tantangan tersendiri, terutama saat hati sebetulnya tidak siap namun masih merasa sulit untuk menolak. Rasa bersalah dan ketakutan dianggap tidak peduli seringkali menghantui orang-orang yang selalu ingin menyenangkan orang lain ini.
Jika Anda merasa terkait dengan kondisi tersebut, jangan khawatir karena banyak orang juga mengalaminya. Ada beberapa langkah yang bisa dicoba untuk berhenti menjadi people pleaser tanpa harus merasa bersalah atau mempengaruhi hubungan interpersonal. Pertama, tentukan batasan yang sehat dengan jelas kepada orang lain tentang apa yang bisa dan tidak bisa Anda lakukan. Mulailah dari hal-hal kecil, seperti menolak permintaan kecil atau menyampaikan pendapat dengan tegas. Perlu juga untuk memahami prioritas dan mengetahui mana yang menjadi prioritas pribadi sebelum memutuskan untuk menolak ajakan.
Selain itu, latih diri dengan pikiran positif yang bisa membantu meredakan rasa bersalah. Jangan terburu-buru dalam memberikan jawaban saat diminta bantuan, Anda bisa meminta waktu untuk memikirkannya terlebih dahulu. Perhatikan pola hubungan Anda dengan orang lain, apakah ada yang hanya muncul saat butuh bantuan namun jarang memberikan dukungan balik. Anda memiliki hak untuk menjaga diri dan tidak selalu harus tersedia untuk semua orang. Ketika menolak, sampaikan dengan sopan tanpa perlu memberikan alasan panjang yang bisa memancing desakan dari pihak lain.
Melatih diri untuk berhenti menjadi people pleaser bisa membutuhkan waktu dan kesabaran. Namun, dengan memahami batasan diri, mengetahui prioritas, dan merawat hubungan dengan sehat, Anda bisa belajar untuk lebih mengutamakan kebutuhan dan kesejahteraan diri sendiri tanpa harus merasa bersalah.
