Penutupan Selat Hormuz yang direncanakan oleh pemerintah Iran dapat berpotensi memengaruhi pasokan minyak dunia, termasuk Indonesia, menurut Menteri Luar Negeri Sugiono. Menurutnya, jika penutupan tersebut terjadi, hal ini dapat berdampak pada pasokan minyak Indonesia karena impor minyak Pertamina juga melewati Selat Hormuz sebesar 20,4%. Selain itu, penutupan Selat Hormuz juga dapat mengganggu 20% pasokan minyak dunia yang melewati wilayah tersebut.
Pemerintah Indonesia terus memantau konflik di Timur Tengah dan juga mencermati upaya gencatan senjata serta perdamaian yang sedang berlangsung di kawasan tersebut. Sugiono berharap bahwa gencatan senjata dan perdamaian tersebut dapat berlangsung lebih lama untuk menjaga stabilitas di wilayah tersebut.
Sebelumnya, Parlemen Iran menyetujui rancangan undang-undang untuk menutup Selat Hormuz bagi lalu lintas angkatan laut sebagai respons terhadap serangan udara Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir di Iran. Selat Hormuz merupakan jalur utama untuk pengiriman minyak keluar Teluk Persia yang memisahkan Iran dengan Uni Emirat Arab.
Dalam suasana ketegangan tersebut, pemantauan dan mitigasi dampak konflik di Timur Tengah menjadi hal yang penting, terutama bagi Indonesia yang merupakan salah satu negara pengimpor minyak. Semua pihak diharapkan dapat bekerja sama untuk menjaga stabilitas dan ketahanan energi di tengah gejolak politik global.
Jadi, dengan potensi penutupan Selat Hormuz yang dapat memengaruhi pasokan minyak, Indonesia perlu terus memperhatikan perkembangan situasi global dan melakukan langkah-langkah antisipasi untuk menjaga ketersediaan energi di dalam negeri.