Kasus Tragis: Anak Bunuh Ayah-Nenek di Jaksel, Dibina Sentra Handayani

Seorang anak berusia 14 tahun dengan inisial MAS telah dijatuhi hukuman pembinaan di Sentra Handayani, Jakarta Timur, setelah melakukan pembunuhan terhadap ayahnya, APW (40 tahun), dan neneknya, RM (69 tahun), serta melukai ibunya, AP (40 tahun) di Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Pidana tersebut diputuskan dalam sidang pembacaan putusan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Hakim memutuskan bahwa anak tersebut bersalah dan menjatuhkan hukuman pidana dua tahun di lembaga rehabilitasi sosial.

Keputusan hakim tersebut memberikan harapan bahwa dakwaan terhadap anak tersebut terbukti dan bersalah. Dua tahun vonis hukuman akan dikurangi dengan masa penangkapan dan penahanan yang sudah dijalani. Selain itu, anak tersebut juga akan menjalani pembinaan di Sentra Handayani, yang mencakup terapi kejiwaan dari psikiater atau dokter kejiwaan dengan hasil yang dilaporkan secara berkala kepada Jaksa Penuntut Umum (JPU) setiap enam bulan sekali.

Kuasa hukum anak tersebut, Maruf Bajammal, menghormati keputusan hakim namun memiliki pandangan tersendiri. Dia menilai bahwa putusan hakim seharusnya membebaskan anak tersebut dari tuntutan hukum yang diajukan oleh JPU. Maruf juga menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pertimbangan dan putusan hakim yang tidak mempertimbangkan kondisi disabilitas mental yang dialami oleh anak tersebut. Sidang berlangsung di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dengan nomor perkara 8/Pid.Sus-Anak/2025/PN JKT.SEL, yang dipimpin oleh Hakim Lusiana Amping dan JPU Indah Puspitarani, Mochammad Zulfi Yasin Ramadhan, Pompy Polansky Alanda, dan Alisa Nur Aisyah. MAS diduga melakukan pembunuhan terhadap ayahnya dan neneknya serta melukai ibunya di Perumahan Bona Indah, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan.

Sebelumnya, MAS mengaku mendapatkan bisikan-bisikan yang meresahkan dalam pemeriksaan polisi dan diduga mengalami disabilitas mental. Proses persidangan berjalan tertutup untuk umum. Saat ini, keputusan hukum tersebut menjadi titik terang atas kasus tragis yang menimpa keluarga tersebut dan menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk lebih memperhatikan kondisi psikologis anak-anak dalam masyarakat.

Source link