Suasana tiba-tiba menjadi dingin ketika angin bertiup pada Senin (15/10/2023) sore. Pukul 16.15 WIB, suhu udara di fasilitas Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) milik PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) di Paritohan mencapai 18 derajat celcius.
“Wah, jam segini sudah dingin sekali,” celetuk salah satu rombongan finalis kompetisi Karya Jurnalistik MediaMIND 2023.
Lambas Sianipar (42) tersenyum simpul mendengar celetuk peserta lomba. “Hawa di sini memang dingin. Jarang matahari terlihat walau sedang kemarau begini,” ujar pria yang menjabat staf Humas PT Inalum tersebut.
Fasilitas pembangkit Inalum terletak di daerah perbukitan dan pegunungan dengan ketinggian sekitar 500 meter di bawah permukaan laut (mdpl). Dalam perjalanan sekitar 28 kilometer dari Danau Toba, kami dapat mencapai fasilitas PLTA Inalum di Paritohan, Kecamatan Pintu Pohan, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, dalam waktu sekitar 90 menit menggunakan kendaraan roda empat.
Selama perjalanan dari Porsea menuju Paritohan, kami melihat hutan yang menjadi bagian dari keanekaragaman hayati di sekitar fasilitas pembangkit. Selain itu, pemandangan di sekitar PLTA Paritohan juga terlihat bersih dan terawat dengan baik.
PLTA Paritohan merupakan pusat kegiatan Inalum, perusahaan pelat merah yang bergerak di bidang peleburan aluminium. Meskipun pabriknya berada di Kuala Tanjung, Kabupaten Batu Bara, daya listrik yang dihasilkan berada di Paritohan.
Terdapat dua PLTA yang memasok listrik ke pabrik peleburan aluminium milik Inalum, yaitu PLTA Siguragura dan PLTA Tangga yang terletak di Paritohan. Kedua PLTA ini memanfaatkan air Sungai Asahan yang mengalirkan air dari Danau Toba ke Selat Malaka. Inalum sendiri bisa menghasilkan total 603 Megawatt (MW) secara keseluruhan dari kedua PLTA ini. Dari 603 MW ini cukup untuk jadi sekitar 250 ribu ton (produksi aluminium) yang ada,” ujar Lambas.
Menurut Lambas, kedua pembangkit tersebut sudah beroperasi selama sekitar 42 tahun. PLTA Siguragura memiliki kapasitas 286 MW, dengan empat turbin berkapasitas 71,5 MW yang diproduksi oleh Toshiba. Sementara itu, PLTA Tangga memiliki kapasitas 317 MW, dengan empat turbin berkapasitas 79,2 MW yang diproduksi oleh Hitachi dan generatornya oleh Mitsubishi.
Untuk memenuhi kebutuhan listrik pabrik Inalum di Kuala Tanjung, kedua PLTA di Paritohan harus menghasilkan sekitar 14.471 kWh energi listrik, yang cukup untuk memproduksi satu ton aluminium. Inalum mencatat, kedua PLTA tersebut berhasil menghasilkan total 4.041.774 MWh listrik, dengan tingkat pemakaian sebesar 4.027.118 MWh selama 2021.
Pada tahun berikutnya, listrik yang dihasilkan bisa lebih dari 4 juta MWh listrik yang digunakan untuk operasional Inalum, dan sisanya didistribusikan kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat sekitar. “Secara mutlak sumber listrik yang kita hasilkan dari PLTA ini digunakan sepenuhnya untuk peleburan kita yang ada di Kuala Tanjung,” ujar Lambas.
Inalum menerapkan sistem pemeliharaan preventif untuk mencegah kerusakan. Lambas menjelaskan bahwa mereka melakukan pemeriksaan berkala dengan jadwal middle time, long time, dan ordinary inspection. Pergantian turbin dilakukan setiap 10 tahun pada jadwal long time,” kata dia.
Inalum juga mengandalkan debit air dari Danau Toba untuk kedua pembangkit listrik air di Paritohan. Mereka selalu memantau pasokan air untuk menghindari kekurangan air saat musim kemarau dan kelebihan air saat musim hujan. “Jadi, misalnya saat ini Danau Toba masih di ambang normal berdasarkan aturan pemerintah. Kita beroperasi di level 902,4 mdpl (minimum), sementara maksimalnya di level 905 mdpl,” ujar Lambas.
Danau Toba sekarang ini level airnya berada di 903,4 mdpl. “Dia posisinya masih di tengah-tengah, jadi kita masih beroperasinya normal,” ucap Lambas. Untuk mencapai pabrik Inalum di Kuala Tanjung dari Paritohan, diperlukan perjalanan darat selama lebih dari lima jam. Jaringan transmisi 275 kV dengan 271 menara dibangun untuk mengaliri listrik di lintasan sepanjang 120 kilometer yang melewati empat kabupaten.