3. Orientasi Cerpen “Persimpangan” Karya Raditya Dika
‘Jadi kita ini apa?’ tanyaku sambil mengunyah batagor yang mulai dingin.
‘Indah,’ kata Ardi, memanggil namaku. ‘Kita ini Homo Sapiens. Manusia. Lo tuh tidur mulu sih pas lagi pelajaran biologi.’
Ardi sering menghindari pertanyaan yang sulit dengan candaan, tapi kali ini aku butuh penjelasan. Kami berdua sudah dekat selama setahun belakang, dan pada momen kelulusan SMA saat ini, di depan abang-abang batagor depan sekolah yang sedang mencabut jenggotnya dengan dua keping uang 500 rupiah, aku rasa pertanyaanku cukup wajar.
Hubungan kami dimulai dari pelajaran Bahasa Indonesia. Dimana kami, yang terpaksa tergabung dalam satu kelompok setelah ditunjuk oleh guru, harus membuat makalah dan mempresentasikan Jakarta Di Tahun 2023. Sekarang tahun 2002, apa pun bisa terjadi 21 tahun lagi. Kami diminta menggunakan imajinasi kami untuk membayangkannya.
4. Orientasi Cerpen “Menanti Sapa” Karya Rintik Sedu
Aku merekam ini pada suatu hari di bulan Maret. Akhir-akhir ini masih sering turun hujan. Bahkan seminggu yang lalu aku bisa melihat pelangi tanpa perlu pakai kacamata. Indah meski tidak benar-benar jelas dan sempurna.
Anginnya cukup menakutkan. Tanamanku banyak yang jatuh karena raknya tidak kuat menopang. Beberapa di antaranya patah, tidak terselamatkan dan harus kurelakan. Kalau pun dipaksa untuk disatukan, mereka akan mati tanpa perlu menunggu lama.
Yah… rak hanyalah sebuah tempat, dan kamu pun tahu, tidak semua tempat mampu menahan banyak beban.