Berita  

Momentum Kebangkitan Setelah Bencana: Peringatan Puputan Badung

Peringatan Ke-119 Puputan Badung di Kota Denpasar, Bali, menjadi momen kebangkitan setelah bencana, seperti yang dikemukakan oleh Wakil Wali Kota Denpasar I Kadek Agus Arya Wibawa. Peristiwa heroik Rakyat Bali, khususnya Kerajaan Badung, yang melawan penjajah Belanda pada 20 September 1906, diperingati dengan semangat kepahlawanan dan dedikasi tinggi dari Raja Badung, I Gusti Ngurah Made Agung. Sebagai bangsa besar, Rakyat Bali tidak melupakan sejarah perjuangan para pendahulunya, yang bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda dalam membangun masa depan. Dalam peristiwa Mati Tan Tumut Pejah, perjuangan di medan perang tidak pernah padam, dan itu tercermin dalam motto Kota Denpasar, Pura Dhipa Bara Bhavana, yang menekankan kemakmuran masyarakat.

Pada peringatan Ke-199 Puputan Badung tahun 2025, Kota Denpasar sedang menghadapi tantangan pasca-bencana banjir. Spirit Puputan Badung dengan semangat Mati Tan Tumut Pejah menjadi pendorong bagi kota ini untuk bangkit dan pulih dari bencana. Perwakilan Penglingsir Puri se-Kota Denpasar, A.A Ngurah Ketut Parwa, mengingatkan pentingnya memahami sejarah, di mana para raja dan pahlawan Bali terdahulu mengorbankan nyawa dalam mempertahankan wilayah mereka. Dia mengajak masyarakat agar menjadikan semangat perjuangan Puputan Badung sebagai inspirasi dalam mengisi kemerdekaan saat ini.

Penancapan Keris Pusaka oleh Wakil Wali Kota Denpasar I Kadek Agus Arya Wibawa bersama Panglingsir Puri se-Kota Denpasar menjadi puncak dari acara peringatan Puputan Badung. Dalam acara tersebut, digelar apel dengan Karya Mahabandana Puputan Badung bertajuk Mageh Ing Keraton, yang diwarnai dengan pembacaan sejarah singkat peristiwa Puputan Badung pada tahun 1906. Peperangan yang terjadi sebagai perlawanan Rakyat Badung terhadap kolonialisme Belanda dipresentasikan dengan kolosal dalam acara Mageh Ing Keraton, diakhiri dengan penancapan pusaka Keris Puputan Badung.

Source link