Pada malam itu, korban jiwa mulai berjatuhan satu per satu. Korban yang meninggal merupakan suporter Arema FC. Pendukung lawan tidak diizinkan datang untuk menonton pertandingan demi menghindari kerusuhan. Jumlah korban yang luka sedang/ringan sebanyak 484 orang, korban luka berat sebanyak 96 orang, dan korban tewas sebanyak 135 orang. Sehari setelah tragedi, Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato dukacita dan memerintahkan kepolisian untuk menyelidiki kasus tersebut. Presiden juga memerintahkan PSSI untuk menyetop Liga 1 sementara waktu sampai evaluasi dan perbaikan prosedur pengamanan dilakukan.
Pada Kamis (6/10/2023), Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengumumkan enam tersangka yang bertanggung jawab atas Tragedi Kanjuruhan. Salah satu tersangka adalah Ahmad Hadian Lukita, Direktur PT Liga Indonesia Baru (LIB). PT LIB dinyatakan tidak melakukan verifikasi stadion sebelum musim pertandingan. Namun, berkas perkara Ahmad Hadian Lukita kemudian dikembalikan oleh Kejaksaan Tinggi ke penyidik karena kurangnya syarat materiel. Lima tersangka lainnya, yaitu Abdul Haris (Ketua Panpel Arema FC), Suko Sutrisno (security officer Arema FC), Kompol Wahyu Setyo Pranoto (Kabag Ops Polres Malang), AKP Hasdarmawan (Danki 3 Yon Brimob Polda Jatim), dan AKP Bambang Sidik Achmadi (Kasat Samapta Polres Malang), dilimpahkan berkas perkara mereka ke Kejati.
Dalam persidangan, hakim hanya menjatuhkan hukuman terhadap tiga tersangka. Abdul Haris dan AKP Hasdarmawan divonis penjara selama 1 tahun 6 bulan, sedangkan Suko Sutrisno dihukum 1 tahun penjara. Kompol Wahyu Setyo Pranoto dan AKP Bambang Sidik Achmadi dibebaskan dari hukuman.
Film dokumenter “Nisan tanpa Keadilan” yang dirilis oleh Watchdoc Documentary telah diputar secara maraton di beberapa kota di Indonesia sejak tanggal 1 Oktober 2023. Salah satunya adalah di Aceh Tamiang yang diselenggarakan oleh Merakinoia, Sobat Ipan, dan Leuser Natura pada tanggal 8 Oktober. Ada juga pemutaran di Aceh yang diinisiasi oleh LBH Banda Aceh.
