Setiap orang hampir pasti memiliki tahi lalat di tubuhnya, baik sejak lahir maupun muncul seiring pertambahan usia. Tahi lalat sendiri merupakan bintik kecil berpigmen yang terbentuk akibat penumpukan melanosit atau sel penghasil warna kulit. Menariknya, tidak semua tahi lalat memiliki bentuk dan karakteristik yang sama. Ada yang datar, menonjol, berwarna cokelat muda hingga kehitaman, bahkan sebagian bisa muncul dalam jumlah banyak. Memahami jenis-jenis tahi lalat penting bukan hanya untuk mengenali keunikan kulit, tetapi juga untuk mewaspadai perubahan yang berpotensi mengarah pada masalah kesehatan tertentu.
Menurut situs Jakarta Aesthetic Clinic dan sejumlah sumber lainnya, tahi lalat bisa dibedakan menjadi beberapa jenis, di antaranya. Pertama, tahi lalat bawaan lahir atau nevus congenital, yaitu tahi lalat yang sudah ada sejak bayi dilahirkan. Kedua, tahi lalat reguler, yang merupakan jenis tahi lalat paling umum dan biasanya tidak berbahaya. Ketiga, tahi lalat displastik atau nevi displastik, yang cenderung berukuran lebih besar, bentuknya tidak beraturan, dan warnanya bervariasi, biasanya bagian tengah lebih gelap sedangkan tepinya lebih terang dengan batas yang tidak rata. Keempat, tahi lalat intradermal nevus, terlihat menonjol karena terbentuk di lapisan dalam kulit (dermis). Terakhir, tahi lalat atipikal atau atypical mole, sering dikaitkan dengan melanoma.
Penting untuk memantau setiap perubahan pada kulit dan berkonsultasi ke dokter kulit jika ada perubahan ukuran, bentuk, atau warna tahi lalat. Ini adalah langkah penting untuk mencegah masalah serius terkait kesehatan kulit, termasuk risiko kanker kulit. Memahami jenis-jenis tahi lalat dapat membantu dalam mengidentifikasi tahi lalat mana yang aman dan mana yang berisiko. Artinya, lebih dari sekadar estetika, pemahaman ini juga dapat bermanfaat untuk kesehatan kulit dan tubuh secara keseluruhan.